Jumat, 24 Oktober 2014

Kursi Kesayangan



SEKOLAH BARU
Pukul 06.30 a.m
Bel berbunyi masuk kelas. Murid baru untuk jenjang pendidikan lebih tinggi. Karena murid baru, teman – teman pasti baru. Aku masih berdiri dilapangan. Semua murid kebingungan untuk masuk kelas. Tanpa ada pengumuman yang tertempel di dinding-dinding. “ Hey, kamu masuk kelas apa ? “ Tanyaku kepada anak laki-laki. Tak ada jawaban sedikitpun untuk aku.
“ Pengumuman untuk murid – murid Tokyo University harap kumpul di lapangan !” Seru perintah yang berbunyi dari speaker. Kepala Sekolah, Ykoho memberi arahan murid baru. Dimana kelas mereka, dan kelas apa.  Aku masuk dalam kelas Xc. dan mendapat bimbingan dari Guru Matematika Xeama.
“ Ewendles, kenapa kamu masih berdiri disitu mana kursi kamu ?
“ Tidak dapat Kursi Bu, “
“ Kemarilah, Kamu silahkan pergi ke gudang dekat kamar mandi, dibawah anak tangga. Kamu mengerti ? “ Dengan menunjuk Lokasi Gudang.
Perlahan-lahan aku menuju ke Lokasi gudang tersebut. Suasananya begitu seram. Sangat gelap, tanpa penjaga gudangpun.Aku nyalakan lampu gudang tersebut. Dengan cahaya yang terang aku bergegas untuk memilih kursi yang layak pakai. Suara bunyi pangilan nada kecil aku dengar. Aku makin takut dengan suasana digudang ini.
“ Hai, pilih aku.” Suara perlahan tersebut.
“ Siapa yang berbicara ?”
“ Aku. Aku ambilah aku untuk menjadi teman mengisi harimu dikelas ?”
“ Apa maksud kamu, kamu siapa ?”
“ Liatlah aku diujung paling sudut, jangan kamu teriak, dan jangan kamu takut, aku yang berbicara. Aku kursi yang dikutuk oleh nenek tua.”
“ Oh Tuhan, bagaimana kamu bias berbicara dengan aku ?”
“ Aku bisa berbicara dengan orang banyak, tapi tak semua dapat mendengar jeritanku”
“ Jadi, apa sihir yang bisa membuat aku mendengar suara kamu ?”
“ Jika ada orang yang tulus, baik hati dia akan dapat mendengarku, jadi kamu termasuk orang yang tulus dan bisa mendengarkanku. Cepatlah aku tempatkan di kelasmu. Pelajaran telah dimulai “
Akupun segera membawa kursi tersebut menuju kelas, secara perlahan-lahan. Sepanjang jalan menuju kelas, aku berkenalan dengan kursi. Dia Stev. Pelajaran pertama masuk sekolah baru tidak ada pelajaran sama sekali. Permainan dan pengenalan ke semua senior dan guru-guru. tak banyak aku kenal, aku memilih untuk duduk dikelas, merasakan nyamannya kursi. Selang waktu pulang aku berbicara dengan Stev.
“ Stev ?” Panggilku. Tak ada satu kata yang dilontarkan Stev, waktu masih panjang untuk ngeborol. Berharap bisa tukar pikiran dengan Stev. “Stev, Stev bicaralah, aku menunggu kamu untuk berbicara” tak ada jawaban lagi. Aku segera bergegas pulang.
Sampai rumah aku kembali mengisi tulisan hari ini, sampai aku tertidur hingga malam.


TEMAN BARU
Sekolahpun makin lama makin menyenangkan, aku 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar